Rabu, 22 Oktober 2008

Perang Bintang Jelang Pilpres

Pilihan Presiden masih tahun 2009, namun perang para bintang dalam mendongkrak popularitas cukup gencar. Perubahan terus bergulir untuk menaikan pamor harapanya untuk mempengaruhi masyarakat mulai cukup gencar. Apalagi ada lembaga lembaga survey yang telah memberikan acuan dengan melalui survei mereka membuat semakin bingung masyarakat. Sebetulnya yang jadi acuan mereka apa. Kenapa pamor tidak dinaikan melalui prestasi para capres dalam memperjuangkan rakyat. Mulai dari kemiskinan, pengagguran serta terkoyaknya kondisi ekonomi setelah ada guncangan krisis global di negara Adi daya Amerika Serikat. Apakah cukup dengan melalui tanya kesana sini pada beberapa orang akhirnya dijadikan acuan nasional dalam mendongkrak popularitas.
Menurut LSI jika Pemilu dilakukan sekarang, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) punya peluang terbesar masih dipilih oleh rakyat. Sebab, hasil survei terakhir yang dilakukan Lembaga Survei Indonesia (LSI), SBY berada di peringkat pertama sebesar 32 persen dari total 1.239 responden.
Megawati Soekarnoputri membayang-bayangi di peringkat kedua dengan perolehan 24 persen. Yang menarik, nama Wiranto menyodok di urutan ketiga dengan 6 persen, mengalahkan Prabowo yang memperoleh 5 persen dan Sultan HB X yang meraih 4 persen. Survei dilakukan dari total 28 nama yang disodorkan dalam pertanyaan semi terbuka terhadap responden.
Hasil tersebut diumumkan Direktur LSI Syaiful Mujani di kantornya, Jl Lembang Terusan, Menteng, Jakarta, Minggu (19/10). Survei diadakan pada 8-20 September 2008 dengan wawancara tatap muka dengan responden WNI yang berumur 17 tahun ke atas yang memiliki hak pilih dalam pemilu.
Hasil survei tersebut, menurut Syaiful, sikap elektoral pemilih terhadap capres dalam dua tahun terakhir cukup fluktuatif. Berdasar survei ini, SBY masih menjadi calon yang paling banyak akan dipilih bila pemilihan Presiden dilakukan sekarang. Dari enam nama capres yang diajukan dalam simulasi (SBY, Mega, Wiranto, Sultan, Prabowo dan Sutiyoso) dan empat nama (tanpa Sultan dan Sutiyoso), maka urutan dan perbedaan perolehan suara di antara mereka tidak banyak berubah.
"Dalam tiga tahun terakhir, SBY selalu berada di urutan pertama kecuali survei Juni 2008, karena SBY waktu itu kalah oleh Megawati," kata Syaiful. Dikatakan Syaiful, dukungan pada SBY dan Mega dalam satu tahun terakhir (dengan calon banyak) kurang lebih sama dengan perolehan suara mereka di Pilpres putaran pertama Juli 2004. Tentunya masyarakat tidak perlu terpengaruh dengan poling-poling yang ada, yang jadi acuan saat ini rakyat apa sudah merasa makmur tidak kurang sandang maupun papan.selain itu juga cari pemimpin yang tidak membawah bencana serta mala petaka, sehingga rakyat bisa hidup tenang, tidah dihantui dengan berbagai musibah, selain itu juga cari yang amanah tak selalu jual aset negara , untuk bisa mengatasi perekonomian Nasional.(****)

Jumat, 08 Februari 2008

HOLYGAN BOLA TANAH AIR ?

Gonjang-ganjing sepak bola di Tanah air, salah satu olahraga yang banyak menyedot penggemar dan massa itu, menjadi memusingkan. Pemerintah bukan hanya pusing soal anggaran, yang sempat dicetuskan bahwa untuk sepakbola tidak dibenarkan untuk mengambil dari dana APBD, karena anggaranya cukup besar tapi prestasi nipis kerusuan yang menonjol. Di Kota Malang saja Persema sempat menyedot dana Rp. 15 milyar pada anggaran tahun 2007, tapi kenyataanya prestasipun tiada, sedangkan untuk tahun 2008, karena pemerintah sudah jelas melarang akhirnya berusaha di seplitkan dari anggaran hibah KONI. Tentunya cukup pro kontra soal anggaran sepak bola yang menyedot masa besar itu. Hal itu bukan hanya di kota Malang, tapi juga Persik Kediri, Persebaya dan beberapa daerah yang kerab menggunakan anggaran rakyat itu untuk bola. Namun, kenyataannya yang muncul justru bukan prestasi.” yah minimal ditingkat asia, kalau kita mau berhadapan dengan, Liverpool terlalu kejauhan, dengan beberapa negara tetangga saja, kita tak mampu mengalahkan.Tentunya untuk anggaran bola itu mendingan dicarikan dari sektor swasta, atau dibuat hiburan seperti Infotaimen, dengan pembiayaan murni swasta seperti yang dilakukan oleh Arema Malang, yang murni dibiayai oleh perusahaan rokok dan tiketing masarakat yang nonton bola. Belum juga tuntas soal anggaran, ribut dalam Liga Jarum Indonesia sempat dikejutkan dengan para Holygan bola Indonesia. Masih ingat kasus di Kediri, stadion Brawijaya Kediri porak-poranda, akibat ketidak puasan Suporter, sehingga terjadi kerusuhan di stadion, bersambung di Solo antara pemain asing tak singkron sehingga memicu kerusuhan dan terakhir di Stadion Gelora Bungkarno, hingga menewaskan seorang suporter dan terjadi kerusuhan. Tentunya perlu dilakukan intropeksi bersama, sampai saat ini apa sudah ada penegakan aturan pelanggaran yang dilakukan oleh PSSI, selain itu juga apa ada sosialisasi bahwa pertandingan Liga Apapun yang berkaitan dengan bola dikatagorikan sebagai hiburan sehingga, tak sampai terjadi fanatisme yang berlebihan terhadap Holygan Suporter Indonesia.]Tentunya hal itu jadi PR pengurus PSSI maupun para pengelolah sepak bola di tanah air, sehingga liga menjadi tontonan yang indah seperti yang dilakukan di luar negeri. Karuan saja dengan semakin porak-porandanya sepak bola di tanah air membuat Presiden SBY melarang anggaran sepak bola untuk dimasukkan anggaran APBD,karena anggaran yang digunaka akan serat disalah gunakan. Sedangkan adanya anarkisme para suporter bola membuat Menpora kebakaran jenggot, melarang liga di laksanakan di Stadion Gelora Bung Karno diminta untuk dialihkan ke daerah. Begitu juga para aparat polisi diminta setiap pertandingan untuk bisa menekankan pada panitia, bahwa ada jaminan keamanan. (*****)
Diposting oleh KORAN R

Rabu, 23 Januari 2008

Pakai Baju Takwa Suporter Singo Edan jadi Sabar

Santri aremania berbondong ke Deltras Sidoarjo. tak ada rotan akar pun jadi dalam mendukung tim kesayanganya arema Malang. Kendati oleh PSSI mendapatkan sangsi Aremania setelah away di stadion Brawijaya Kediri terjadi musibah yang cukup memprihatinkan, sehingga PSSI meniup peluit terhadap Arema yang memiliki suporter ribuan dan pernah mendapatkan julukan Debes Suporter. Tentunya wajah stadion Deltra Sidoarjo layaknya akan ada istighosah, ribuan soporter menggunakan baju Takwa maupun Kokoh yang kerap jadi salin ledek antar sporter bola asal bumi arema.
Yah ini kita sudah tobat tak akan macem-macem saat nonton bola di Sidoarjo, tentunya warga Sidoarjo yang kerap dijuluki kota santri itu menjadi terbelalak, dikira ada pengajian akbar yang akan datang kyai kondang. Berangkat dari Malang ada yang berkendaraan roda dua dan roda empat dan beberapa bus untuk mengangkut suporter Aremania yang dijuluki sebagai singo edan yang saat ini sudah menjadi kyai, karena mereka sudah lylus dari pondok layaknya akan memberikan pengajian.
Tentunya kalau sampai negara amerika tahu dikira ada yang jadi santrinya Amrozi , karena kalau suporter macak santri layaknya ustad beneran dan sepertinya ada pengajian akbar. (****)